Posted by : Agus Nirwana Sabtu, 28 Januari 2012

Lanjutan dari halaman sebelumnya: BAB I
BAB II
KAJIAN TEORI

A.    Motivasi Belajar

a.    Pengertian Motivasi
Kata motivasi di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Moelieno, 1990: 593) memiliki dua pengertian yaitu:
1.    Dorongan yang lembut pada diri seseorang sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu.
2.    Usaha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya.
Ada beberapa ahli yang mendefinisikan tentang pengertian motivasi, Julaika Yusuf (1987: 73) mengartikan bahwa, motif adalah kekuatan yang membangkitkan dan mengarahkan kelakuan seseorang, sedangkan motivasi adalah keadaan dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktifitas guna mencapai tujuan“.

Ungkapan di atas sesuai dengan pendapat Sardiman (1986: 74) menuliskan bahwa Mc. Donal menyatakan: “motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap tujuan”. Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan dorongan atau energi penggerak yang mengarahkan dan memperkuat tingkah laku seseorang dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuannya. Dengan demikian individu termotivasi untuk melakukan suatu aktifitas atau tindakan, manakala aktifitas itu dapat memenuhinya.

b.    Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dia bayi hingga ke liang lahat nanti. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar sesuatu adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut, baik perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif), dan keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif) (Sadiman, 2003: 1-2). Proses belajar dapat terjadi kapan dan dimana saja terlepas dari adanya yang mengajar atau tidak. Secara umum belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku akibat interaksi individu dengan lingkungannya. Lebih lanjut Sardiman (2001: 20) menyatakan belajar merupakan perubahan tingkah laku dan penampilan dengan serangkaian kegiatan misalnya membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan lain sebagainya.

c.    Motivasi belajar siswa
Dalam belajar ada beberapa hal yang dapat menghambat dan mendorong seseorang melakukan perbuatan belajar atau disebut juga dengan hal-hal yang mempengaruhi seseorang dalam belajar. Hal-hal yang mempengaruhi tersebut baik berupa pendorong ataupun yang menghambat seseorang dalam belajar itu bisa berasal dari diri orang itu sendiri atau dari luar dirinya. Secara internal ataupun eksternal banyak faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi seseorang. Faktor internal merupakan faktor yang mempengaruhi motivasi yang berasal dari dalam diri seseorang tersebut. Faktor internal itu bisa berupa keadaan psikis atau mental seperti minat, bakat, kepuasan, dan faktor psikologis lainnya .

Adapun faktor eksternal merupakan faktor yang mempengaruhi motivasi yang bersumber dari luar diri seseorang. Faktor eksternal ini dapat berasal dari kondisi fisik maupun lingkungan sekitarnya. Lingkungan yang mempengaruhi motivasi seseorang bisa lingkungan fisik sekolah, lingkungan sosial sekolah, dan lingkungan keluarga, seperti dinyatakan oleh Prayitno (1989: 133) bahwa: Lingkungan yang besar pengaruhnya terhadap minat dan kemauan siswa/ mahasiswa dalam belajar adalah lingkungan sekolah dan keluarga atau orang tua. Lingkungan sekolah yang dimaksud adalah khusus mengenai lingkungan fisik dan sosial yang terdapat di dalam kelas atau sekolah pada umumnya. Lingkungan fisik sekolah yang dapat memenuhi kebutuhan rasa aman, nyaman, dan memberikan fasilitas belajar sangat banyak menunjang minat siswa dalam belajar.

Sedangkan Sumanto (1983: 38) mengemukakan tiga hal yang mempengaruhi motivasi seseorang dalam belajar yaitu :
a.    Faktor stimuli dalam belajar yaitu hal di luar individu yang merangsang untuk belajar seperti bahan belajar, kesulitan bahan pelajaran berartinya bahan dan berat ringannya tugas.
b.    Faktor metoda belajar seperti kegiatan belajar dan praktek pengenalan tentang hasil belajar, belajar dengan keseluruhan atau bagian-bagian serta bimbingan dalam belajar.
c.    Faktor yang berasal dari diri individu sendiri seperti kematangan, kapasitas mental, keinginan untuk mengembangkan kreatifitas mental.

Lebih lanjut Prayitno (1989: 62-90) mengungkapkan bahwa terdapat 8 motivasi di dalam kelas yaitu (1) motivasi tugas, (2) motivasi aspirasi, (3) motivasi persaingan, (4) motivasi afilasi, (5) Motivasi kecemasan, (6) motivasi menghindar (7) motivasi penguatan (8) motivasi yang diarahkan diri sendiri. Pada motivasi yang diarahkan oleh diri sendiri (siswa), siswa menunjukkan tingkah laku yang mandiri dalam belajar.

Berdasarkan kutipan di atas dapat diidentifikasikan indikator-indikator tentang motivasi siswa yang berkaitan dengan meningkatnya pembelajaran mandiri dalam belajar siswa yaitu:

a.    Aktivitas positif
1.    Bertanggung jawab terhadap tugas
2.    Tepat waktu dalam pelaksanaan tugas
3.    Berusaha menemukan jawaban dari permasalahan yang ada
4.    Disiplin waktu
5.    Bertanya kepada guru tentang kesulitan yang dihadapi dalam melaksanakan tugas
6.    Ulet dalam melaksanakan tugas
7.    Bekerja mandiri tanpa bantuan orang lain
8.    Tidak mudah melepaskan hal-hal yang sudah diyakini

b.    Aktivitas negatif
1.    Ribut selama proses belajar mengajar
2.    Jalan-jalan selama jam pelajaran
3.    Sering keluar masuk selama PBM
4.    Menganggu teman selama PBM
5.    Murung atau tidak bersemangat

Siswa dikatakan termotivasi jika aktifitas yang dilakukan siswa dominan aktivitas positif dan cendrung sedikit aktivitas negative. Sebab motivasi merupakan motif yang mendorong  untuk melakukan kegiatan belajar mengajar. Hal ini sesuai dengan ungkapan Prayitno (1989: 4) “siswa yang termotivasi untuk belajar akan tertarik dengan berbagai tugas belajar yang yang sedang mereka kerjakan, menunjukkan ketekunan yang tinggi: variasi aktivitas belajar yang lebih banyak, dan tidak melakukan hal yang menyimpang.

Motivasi memiliki fungsi yang sangat penting dalam pembelajaran. Hal ini dijelaskan oleh Hamalik (2005: 161) bahwa motivasi berfungsi untuk:
1.     Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan dan mempengaruhi serta mengubah kelakuan. Tampa motivasi maka tidak akan timbul perbuatan seperti belajar
2.    Motivasi berfungsi sebagai pengarah. Artinya mengarahkan perbuatan kepencapaian tujuan yang diinginkan
3.    Motivasi berfungsi sebagai penggerak. Ia  berfungsi sebagai mesin bagi mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa motivasi sangat penting dalam belajar. Seorang termotivasi dalam belajar mata pelajaran sosiologi. Jika dalam belajar sosiologi tersebut menjadi kebutuhan bagi mereka. Motivasi belajar siswa dapat dikembangkan berdasarkan kebutuhan mereka.

B.    Pembelajaran Kooperatif
1.    Pengertian Pembelajaran Cooperative
Model belajar Cooperative Learning pembelajaran kelompok akan tetapi tidak semua pembelajaran kelompok dapat dikatakan Cooperative Learning. Pembelajaran Cooperative Learning adalah pembelajaran kelompok yang terstruktur, artinya pembelajaran ini menuntut perencanaan sebaik mungkin oleh guru, sebelum disampaikan kepada siswa dan terjadi interaksi antara siswa dan guru dalam pelaksanaan pembelajaran. Pembelajaran cooperative didasarkan pada prinsip gotong royong, membutuhkan partisipasi dan kerjasama kelompok dalam aktivitas kelas.

Jhonson dalam Ediza (1994: 5) mengemukakan bahwa pelaksanaan pembelajaran kooperatif adalah kegiatan pembelajaran dalam bentuk kelompok-kelompok kecil, siswa bekerjasama dalam bentuk segala pengalaman belajar baik dalam pengalaman individu maupun pengalaman kelompok. Model dan penerapannya pada dasarnya lebih dari sekedar belajar berkelompok secara konvensional yang selama ini banyak diterapkan guru. Dimana aktivitas pembelajaran di kelas dibentuk dalam beberapa kelompok kecil kemudian guru memberikan tugas dan siswa diminta untuk mengerjakan tugas tersebut dengan bersama-sama dalam satu kelompok.

2.    Ciri-ciri Pembelajaran Cooperative
Ibrahim (2006: 6) mengemukakan ciri-ciri pembelajaran kooperatif (a) siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menyelesaikan materi pembelajaran; (b) kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tertinggi, sedang, dan terendah; dan (c) anggota kelompok terdiri dari ras, budaya dan jenis kelamin yang berbeda. Menurut Lie (2002:12) pembelajaran kooperatif mempunyai 5 unsur penting yang harus diterapkan agar pembelajaran cooperative dapat berhasil dengan maksimal yaitu: 1) saling ketergantungan positif sesama, 2) tanggung jawab perorangan dalam upaya tugas yang diberikan kelompok, 3) kegiatan interaksi tatap muka dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk membentuk sikap yang menguntungkan semua anggota, 4) komunikasi antar anggota dalam memberikan argumen tentang hal-hal yang berkitan dengan tugas pembelajaran yang dibebankan kepada kelompok pembelajaran, dan 5) evaluasi tugas kelompok dengan tujuan untuk mengevaluasi hasil belajar dan kerjasama kelompok dengan demikian kelompok akan dapat lebih bekerjasama secara efektif.

3.    Model belajar “Cooperative Collaboration”
a.    Pengertian Cooperative Collaboration
Dalam kamus bahasa inggris karya John M Carlos dan Hasan Sadily (Cetakan ke XXIV), Cooperative artinya bekerjasama atau bersama-sama sedangkan Collaboration artinya kolaborasi atau gabungan. Sedangkan Cooperative Collaboration menurut Zamroni (2003) adalah suatu sistem pembelajaran yang memiliki aktivitas siswa secara berkelompok dan lebih menekankan diskusi antara siswa dengan kelompok dan siswa dengan guru dalam upaya membelajarkan siswa dengan pengalaman belajar yang mereka miliki. Sistem pembelajaran ini lebih menekankan pada siswa untuk dapat mencerna dan mengemukakan sebuah hasil bahasan materi pelajaran.

b.    Penerapan pembelajaran Cooperative Collaboration
Pembelajaran Cooperative Coolaboration adalah pola pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa. Dimana pola ini lebih menekankan pada kegiatan pembelajaran yang lebih melibatkan siswa. Guru pada hakikatnya adalah pembelajar senior dan siswa adalah pembelajar junior dengan demikian, pembelajar senior akan selalu menuntun dan mengarahkan juniornya (Rosyada, 2004).

Guru dalam pembelajaran akan merangsang siswa dan siswa akan belajar mengenai strategi belajar yang dimilikinya. Pembelajaran bersifat kerjasama dengan kelompok, sehingga akan memahami suatu materi pelajaran. Hal ini diperkuat dengan pendapat yang dikemukakan oleh Suryosubroto (1997) bahwa proses pembelajaran pada hakikatnya mengikutkan siswa secara aktif guna mengembangkan kemampuan siswa, di antara kemampuan siswa dalam mengamati menginterpretasikan, meramalkan, dan aplikasi konsep dari ilmu yang telah dipelajarinya.

C.    Hipotesis Tindakan
Berdasarkan hal-hal yang dibahas dalam kajian teori di atas maka penulis mengajukan hipotesis yaitu “terdapat peningkatan motivasi belajar siswa dalam penerapan metode belajar cooperative collaboration pada mata pelajaran sosiologi di SMA Pembangunan UNP Padang”.
Untuk mengakses BAB III silahkan Klik disini

NB: Ini hanyalah sebuah contoh belaka, penelitian yang sebenarnya belum dilakukan begitu juga dengan data yang ada hanyalah karangan penulis. Harap maklum. Terima kasih.

Leave a Reply

Kami merasa senang jika Anda bersedia meluangkan sedikit waktunya untuk memberikan tanggapan Anda agar Mas Nirwana Blog menjadi lebih baik lagi.

Terima Kasih Atas Kunjungannya

Salam Kreatif....!!!!

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Welcome to My Blog

- Copyright © Mas Nirwana Blog - Robotic Notes - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -